AJARAN mengenai
tumimbal-lahir sangat erat hubungannya dengan Hukum Karma. Ajaran
tumimbal-lahir dalam agama Buddha membuktikan adanya kehidupan makhluk yang berulang-ulang.
Tumimbal-lahir (patisandhi/punabbhava) bukan
berarti pemindahan atau penjelmaan. Dalam agama Buddha tidak dikenal pemindahan
atau penjelmaan dari nama (bathin/jiwa) setelah seseorang meninggal dunia.
Tetapi dikenal dengan istilah "penerusan"
(patisandhi) dari nama, disebut Patisandhi-vinnana.
Ketika seseorang akan meninggal dunia,
kesadaran-ajal (cuti-citta) mendekati kepadaman dan didorong oleh
kekuatan-kekuatan kamma. Kemudian, kesadaran-ajal (cuticitta) padam dan
langsung menimbulkan kesadaran penerusan (patisandhi-vinnana) untuk timbul pada
salah satu dari 31 Alam Kehidupan (Bhumi 31) sesuai dengan karmanya. Hal ini
secara umum disebut pula suatu permulaan dari bentuk kehidupan baru.
Ada 4 cara tumimbal-lahirnya makhluk-makhluk, yaitu
:
1. Jajabuja-Yoni : Makhluk yang lahir dari
kandungan, seperti manusia, kuda, kerbau dan lain-lain
2. Andaja-Yoni : Makhluk yang lahir dari telur,
seperti Burung, ayam, bebek dan lain-lain
3. Sansedaja-Yoni : Makhluk yang lahir dari
kelembaban, seperti nyamuk, ikan dan lain-lain.
4. Opapatika-Yoni : Makhluk yang lahir secara
spontan, langsung membesar, seperti para dewa, brahma, makhluk neraka, setan
dan lain-lain.
Di samping itu terdapat pula 4 macam tumimbal-lahir
secara penerusan kehidupan di 31 Alam Kehidupan, yaitu :
1. Apaya-Patisandhi : Bertumimbal-Lahir di alam
Apaya.
2. Kamasugati-Patisandhi : Bertumimbal-lahir di
alam Kamasugati.
3. Rupavacara-Patisandhi : Bertumimbal-lahir di
alam Rupa-jhana.
4. Arupavacara-Patisandhi : Bertumimbal-lahir di
alam Arfipajhana.
Bila kita berbicara tentang tumimbal-lahir,
tentunya ada yang bertanya dimana makhluk-makhluk itu bertumimbal-lahir?
Dalam hal ini ada 31 Alam Kehidupan yang merupakan
tempat diam makhluk-makhluk Nibbana (Nirvana) adalah di luar dari 31 Alam
Kehidupan itu. Makhluk-makhluk yang diam di 31 Alam Kehidupan itu masih
mengalami kelahiran dan kematian, masih mengalami derita. 31 Alam Kehidupan
tidak kekal adanya. Sebaliknya, Nibbana itu terbebas dari kelahiran dan
kematian, terbebas dari derita, tidak termusnah, ada dan tidak berubah, kekal
adanya.
Jika seseorang belum mencapai kesucian tingkat
Arahat, setelah ia meninggal dunia, ia akan dilahirkan kembali dalam salah satu
Alam dari 31 Alam Kehidupan sesuai dengan karmanya.
31 ALAM KEHIDUPAN TERBAGI MENJADI TIGA KELOMPOK :
I. Kama-Bhumi 11
Yaitu 11 Alam Kehidupan yang makhluk-makhluknya
masih senang dengan napsu indera dan melekat pada panca indera.
II. Rupa-Bhumi 16
Yaitu 16 Alam Kehidupan yang makhluk-makhluknya
mempunyai Rupa Jhana (Jhana Bermateri, hasil dari melaksanakan Samata Bhavana).
III. Arupa-Bhumi 4
Yaitu 4 Alam Kehidupan yang makhluk-makhluknya
mempunyai Arupa Jhana (Jhana Tanpa Bermateri, hasil dari melaksanakan Samatha
Bhavana)
-------------------------------
I. Kama-Bhumi 11 terdiri dari :
1. Apaya-Bhumi 4 (4 alam kehidupan yang
menyedihkan), yaitu :
(1). Niraya-Bhumi : Alam Neraka.
(2). Tiracchana-Bhumi : Alam Binatang.
(3). Peta-Bhumi : Alam Setan.
(4). Asurakaya-Bhumi : Alam Raksasa Asura
2. Kamasugati-Bhumi 7 (7 alam kehidupan nafsu yang
menyenangkan) :
(1). Manussa-Bhumi : Alam Manusia.
(2). Catummaharajika-Bhumi : Alam Empat Dewa Raja.
(3). Tavatimsa-Bhumi : Alam 33 Dewa. Di Sorga ini
Sang Buddha mengajarkan Abhidhamma kepada Ratu Mahamaya (Ibunda-Nya) dan para
dewa lainnya.
(4). Yama-Bhumi : Alam Dewa Yama.
(5). Tusita-Bhumi : Alam Kenikmatan. Ratu Mahamaya
dan Maitreya Bodhisattva diam di Sorga ini.
(6). Nimmanarati-Bhumi : Alam Dewa yang menikmati
ciptaannya.
(7). Paranimmita-vasavatti-Bhumi : Alam Dewa yang
membantu menyempumakan ciptaan dewa-dewa lainnya.
* Penjelasan Apaya-Bhumi 4 *
(1). Niraya-Bhumi : Alam Neraka.
Suatu alam disebut Niraya-Bhumi (alam neraka)
karena alam ini tidak terdapat kesenangan dan kabahagiaan. Niraya-Bhumi (alam
neraka) terbagi pula dalam beberapa kelompok alam, diantaranya dikenal kelompok
Maha-Naraka 8, yaitu :
1. Sanjiva-Naraka
Makhluk yang diam di Neraka ini mengalami berbagai
macam siksaan.
2. Kalasutta-Naraka
Makhluk yang diam di Neraka ini tubuhnya
dipotong-potong sampai terpisah.
3. Sanghata-Naraka
Makhluk yang diam di Neraka ini tubuhnya ditindih
dengan berbagai macam alat berat.
4. Roruva-Naraka
Makhluk yang diam di Neraka ini mengalami siksaan
berat sehingga menjerit-jerit.
5. Maharoruva-Naraka
Makhluk yang diam di Neraka ini mengalami siksaan
lebih berat..sehingga suara jerit dan tangisan lebih keras.
6. Tapana-Naraka
Makhluk yang diam di Neraka ini mengalami siksaan
dengan api yang menyala di tubuhnya.
7. Mahatapana-Naraka
Makhluk yang diam di Neraka ini mengalami kepanasan
sepanjang masa.
8. Avici-Naraka (Devadatta diam di alam Avici
Naraka ini).
Makhluk yang diam di Neraka ini mengalami siksaan
berat berulang-ulang dalam kelahiran dan kematian di alam Neraka ini: Setelah
mati hidup kembali dan disiksa seterusnya.
Pembagian kejahatan yang membawa akibat
tumimbal-lahir dalam alam Neraka:
-> Membunuh manusia dan sejenisnya : Terlahir di
alam-alam Sanjiva-Naraka dan Kalasutta-Naraka.
-> Membunuh binatang dan sejenisnya : Terlahir
di alam-alam Sangata-Naraka dan Roruva-Naraka.
-> Mencuri dan sejenisnya : Terlahir di alam
Maharoruva-Naraka.
-> Membakar kota dan sejenisnya : Terlahir di
alam Tapana-Naraka.
-> Mempunyai pandangan salah dan sejenisnya :
Terlahir di alam Mahatapana-Naraka.
-> Melakukan lima perbuatan durhaka : Terlahir
di alam Avici-Naraka.
(2). Tiracchana-Bhumi : Alam Binatang.
Suatu alam disebut Tiracchana-Bhumi (alam
binatang), karena makhluk-makhluk yang diam di alam ini tidak mempunyai tempat
yang khusus.
Makhluk binatang ini terbagi dalam dua kelompok,
yaitu :
1. Kelompok makhluk binatang yang dapat dilihat
dengan mata.
2. Kelompok makhluk binatang yang tidak dapat
dilihat dengan mata.
3. Makhluk binatang yang berkaki terbagi dalam 4
kelompok, yaitu :
- Apadatiracchana : Kelompok makhluk binatang yang
tidak mempunyai kaki, seperti ular, ikan, cacing dan lain-lainnya.
- Dvipadatiracchana : Kelompok makhluk binatang
yang mempunyai dua kaki, seperti ayam, burung, bebek dan lain-lainnya.
- Catupadatiracchana : Kelompok makhluk binatang
yang mempunyai empat kaki, seperti kerbau, tikus, kuda dan lain-lainnya.
- Bahuppadatiracchana : Kelompok makhluk binatang
yang mempunyai banyak kaki, seperti ulat bulu, lipan dan lain-lainnya.
(3). Peta-Bhumi : Alam Setan.
Suatu alam disebut Peta-Bhumi (alam setan), karena
makhluk yang diam di alam ini jauh dari kesenangan dan kebahagiaan.
Makhluk Setan ini terbagi dalam beberapa kelompok,
diantaranya terdapat kelompok-kelompok setan yang disebut PETA 4, PETA 12 dan
PETA 21 sebagai tertulis di bawah ini :
-> PETA 4 (terdapat dalam Kitab
Petavatthu-Atthakatha)
- Paradattupajivika-Peta :
Setan yang memelihara hidupnya dengan memakan
makanan yang disuguhkan orang dalam upacara sembahyang.
- Khupapipasika-Peta : Setan yang selalu lapar dan
haus.
- Nijjhamatanhika-Peta :Setan yang selalu
kepanasan.
- Kalakancika-Peta : Setan yang sejenis Asura.
*Penjelasan* :
Hanya Paradattupajivika-Peta saja yang dapat
menerima makanan yang diberikan orang dalam upacara sembahyang serta kiriman
jasa dari keluarga. Para Bodhisattva, jika terlahir menjadi setan, akan menjadi
Paradattupajivika-Peta, dan tidak akan menjadi setan (peta) yang lain.
-> PETA 12 (terdapat dalam Kitab
Gambhilokapannatti).
- Vantasa-Peta: Setan yang makan air ludah, dahak
dan muntah.
- Kunapasa-Peta : Setan yang makan mayat manusia
dan binatang.
- Guthakhadaka-Peta : Setan yang makan berbagai
kotoran.
- Aggijalamukha-Peta : Setan yang dimulutnya selalu
ada api.
- Sucimuja-Peta : Setan yang mulutnya sekecil
lobang jarum.
- Tanhattika-Peta : Setan yang dikendalikan oleh
napsu keinginan rendah sehingga lapar dan haus.
- Sunijjhamaka-Peta : Setan yang berbulu hitam
seperti arang.
- Suttanga-Peta : Setan yang mempunyai kuku tangan
kaki yang panjang dan tajam seperti pisau.
- Pabbatanga-Peta : Setan yang bertubuh setinggi
gunung.
- Ajagaranga-Peta : Setan yang bertubuh seperti
ular.
- Vemanika-Peta : Setan yang menderita pada waktu
siang, dan senang pada waktu malam dalam kahyangan.
- Mahidadhika-Peta : Setan yang mempunyai ilmu
gaib.
-> PETA 21 (terdapat dalam Kitab Suci Vinaya dan
Lakkhanasanyutta).
- Attisankhasika-Peta : Setan yang mempunyai tulang
bersambungan, tetapi tidak mempunyai daging.
- Mansapesika-Peta : Setan yang mempunyai daging
terpecah-pecah, tetapi tidak mempunyai tulang.
- Mansapinada-Peta : Setan yang mempunyai daging
berkeping-keping.
- Nicachaviparisa-Peta : Setan yang tidak mempunyai
kulit.
- Asiloma-Peta: Setan yang berbulu tajam.
- Sattiloma-Peta : Setan yang berbulu seperti
tombak.
- Usuloma-Peta : Setan yang berbulu panjang seperti
anak panah.
- Suciloma-Peta: Setan yang berbulu sepertijarum.
- Dutiyasuciloma-Peta: Setan yang berbulu seperti
jarum kedua (lebih tajam).
- Kumabhanda-Peta : Setan yang mempunyai kemaluan
sangat besar.
- Guthakupanimugga-Peta : Setan yang bergelimangan
dengan kotoran.
- Guthakhadaka-Peta: Setan yang makan berbagai
macam kotoran.
- Nicachavitaka-Peta: Setan perempuan yang tidak
mempunyai kulit.
- Dugagandha-Peta : Setan yang baunya sangat busuk.
- Ogilini-Peta: Setan yang badannya seperti bara
api.
- Asisa-Peta: Setan yang tidak mempunyai kepala.
- Bhikkhu-Peta : Setan yang berbadan seperti bhikkhu.
.
- Bhikkhuni-Peta : Setan yang berbadan seperti
bhikkhuni.
- Sikkhamana-Peta: Setan yang berbadan seperti
Setan yang berbulu seperti pelajar wanita atau calon bhikkhuni.
- Samanera-Peta : Setan yang berbadan seperti
samanera.
- Samaneri-Peta : Setan yang berbadan seperti
samaneri.
(4). Asurakaya-Bhumi : Alam Raksasa Asura
Suatu alam disebut Asurakaya-Bhumi (alam raksasa
asura), karena makhluk yang diam di alam ini jauh dari kemuliaan, kebebasan,
kesenangan dan kebahagiaan.
Pembagian makhluk yg di sebut Asura :
- Deva-Asura : kelompok Dewa yg di sebut Asura
- Peta-Asura : kelompok Hantu yg di sebut Asura
- Niraya-Asura : kelompok makhluk Neraka yg di
sebut Asura
* Penjelasan Kamasugati-Bhumi 7 *
(1). Manussa-Bhumi : Alam Manusia.
Suatu alam disebut Manussa-Bhumi (alam manusia),
karena makhluk yang diam di alam ini mengetahui mana yang baik dan mana yang
tidak baik, yang berguna dan yang tidak berguna, yang berfaedah dan yang tidak
berfaedah dan lain-lainnya.
Dalam hal ini ada 4 macam Manusia (Manussa 4)
yaitu:
- Manussa-Naraka: Manusia Naraka. Manusia yang
senang membunuh makhluk, seperti berburu, pejagal, algojo, perbuatannya selalu
berdasarkan kebencian (dosa).
- Manussa-Peta: Manusia Setan. Manusia yang tidak
kenaI kebajikan, senang meladeni napsu indera, Kelompok Dewa yang disebut
perbuatannya selalu berdasarkan ketamakan / keserakahan (lobha).
- Manussa-Tiracchana: Manusia Binatang. Manusia
yang tidak kenaI kebajikan dan kejahatan, keras hati, sombong, senang bicara
kasar dan jorok, tidak berbakti pada orang tua, tidak akur dengan saudara,
perbuatannya selalu berdasarkan kebodohan bathin (moha).
- Manussa-Manussa : Manusia-Manusia. Manusia yang
mengetahui yang mana yang baik dan buruk, yang mana patut dilakukan dan tidak
dilakukan, yang berfaedah dan tidak berfaedah, mempunyai rasa malu (hiri)
berbuat kejahatan dan takut (ottappa) akan akibat dari perbuatan jahat,
hidupnya selalu berpedoman dengan dhammavinaya (Tipitaka).
(2). Catummaharajika-Bhumi : Alam Empat Dewa Raja.
Suatu alam disebut Catummaharajika-Bhumi (alam
empat raja dewa), karena di alam tersebut diam Empat Raja Dewa yang bernama :
- Davadhatarattha
- Davavirulaka
- Davavirupakkha
- Davakuvera
Catummaharajjika-Bhumi terbagi dalam 3 kelompok
yaitu :
- Bhumamattha-Devata: Para Dewa yang berdiam di
atas tanah, seperti para dewa yang diam di gunung, sungai, laut, rumah, cetiya,
vihara, candi dan lain-lain.
- Rukakhattha-Devata : Para Dewa yang diam diatas
pohon. Dewa ini dibagi dalam dua kelompok, yaitu:
- Kelompok dewa yang mempunyai kahyangan di atas
pohon.
- Kelompok dewa yang tidak mempunyai kahyangan di
atas pohon.
- Akasattha-Devata : Para Dewa yang berdiam di
angkasa, seperti di bulan, bintang, dan planet lainnya.
Suatu alam disebut Tavatimsa-Bhumi (alam dari 33
dewa), karena dahulu kala ada sekelompok pria yang berjumlah 33 orang yang
selalu bekerja sarna dalam berbuat kebaikan, seperti bersama-sama membantu
fakir miskin, bersama-sama melaksanakan dana untuk pembangunan vihara, rumah
sakit, sekolah dan lain-lainnya. Sewaktu mereka meninggal dunia semuanya
terlahir dalam satu alam kehidupan, yang disebut Tavatimsa-Bhumi (alam tiga
puluh tiga dewa).
(3). Tavatimsa-Bhumi : Alam 33 Dewa.
Di Sorga ini Sang Buddha mengajarkan Abhidhamma
kepada Ratu Mahamaya (Ibunda-Nya) dan para dewa lainnya
(4). Yama-Bhumi : Alam Dewa Yama.
Suatu alam disebut Yama-Bhumi (alam dewa yama),
karena para dewa yang diam di alam ini terbebas dari kesulitan, yang ada hanya
kesenangan.
(5). Tusita-Bhumi : Alam Kenikmatan. Ratu Mahamaya
dan Maitreya Bodhisattva diam di Sorga ini.
Suatu alam disebut Tusita-Bhumi (alam dewa
kenikmatan), karena para dewa yang diam di alam ini terbebas dari kepanasan
hati, yang ada hanya kesenangan dan kenikmatan.
(6). Nimmanarati-Bhumi : Alam Dewa yang menikmati
ciptaannya.
Suatu alam disebut Nimmanarati-Bhumi (alam dewa
yang menikmati ciptaannya), karena para dewa yang diam di alam ini menikmati
kesenangan panca indera dari hasil ciptaannya.
(7). Paranimmita-vasavatti-Bhumi: Alam Dewa yang
membantu menyempumakan ciptaan dewa-dewa lainnya.
Suatu alam disebut Paranimmita-vasavatti-Bhumi
(alam dewa yang membantu menyempurnakan ciptaan dari dewa-dewa lainnya), karena
para dewa yang diam di alam ini, disamping menikmati kesenangan panca indera,
juga mampu membantu menyempurnakan ciptaan dewa-dewa lainnya.
* Perbedaan Alam Manusia dengan Alam Dewa *
* Di Alam Dewa, Ariya-Puggala (Orang Suci) lebih
banyak dari Alam Manusia, karena pada jaman Sang Buddha Gotama banyak orang
mencapai kesucian tingkat Sotapanna dan Sakadagami setelah mendengar khotbah
Dharma langsung dari Sang Buddha Gotama. Kemudian, setelah meninggal dunia
mereka terlahir dialam Dewa. Ada juga yang mendengar khotbah Dharma langsung
dari Sang Buddha Gotama mencapai kesucian tingkat Anagarni dan Arahat. Mereka
yang telah menjadi Anagami, bila meninggal dunia, terlahir di alam Rupa-Brahma.
Tetapi Arahat telah terbebas dari kelahiran dan kematian, mencapai
Saupadisesa-nibbana atau Kilesa Parinibbana, setelah Aranat meninggal dunia
mereka mencapai Anupadisesanibbana atau Khandha Parinibbana atau Parinibbana.
* Keistimewaan di Alam Manusia ialah adanya Sangha,
ada yang mengajarkan dan belajar Tipitaka, sebagian besar para Bodhisattva
lahir di Alam manusia untuk mencapai kesucian tingkat Kebuddhaan. Sebaliknya,
di Alam Dewa tidak ada Sangha, dan tidak ada yang mengajarkan Tipitaka.
II. Rupa-Bhumi 16 terdiri dari :
1. Pathama Jhana Bhumi 3 (3 Alam kehidupan Jhana
Pertama), yaitu :
(1). Brahma Parisajja Bhumi : Alam pengikut
pengikut Brahma.
(2). Brahma Purohita Bhumi : Alam para menteri
Brahma.
(3). Maha Brahma Bhumi : Alam Brahma yang besar.
2. Dutiya Jhana Bhumi 3 (3 Alam kehidupan Jhana
Kedua), yaitu :
(1). Brahma Parittabha Bhumi : Alam para Brahma
yang kurang cahaya.
(2). Brahma Appamanabha Bhumi : Alam para Brahma
yang tak terbatas cahayanya.
(3). Brahma Abhassara Bhumi: Alam para Brahma yang
gemerlapan cahayanya.
3. Tatiya Jhana Bhumi 3 (3 Alam Kehidupan Jhana
Ketiga), yaitu :
(1). Brahma Parittasubha Bhumi : Alam para Brahma
yang kurang auranya.
(2). Brahma Appamanasubha Bhumi : Alam para Brahma
yang tak terbatas auranya.
(3). Brahma Subhakinha Bhumi : Alam para Brahma
yang auranya penuh dan tetap.
4. Catuttha Jhana Bhumi 7 (7 Alam Kehidupan Jhana
Keempat), yaitu :
(1). Brahma Vehapphala Bhumi : Alam para Brahma
yang besar Pahalanya.
(2). Brahma Asannasatta Bhumi : Alam para Brahma
yang kosong dari kesadaran.
Selanjutnya Alam-Alam dari Jhana ke empat ini
dinamai Alam Suddhavasa 5, yaitu 5 Alam Kehidupan Yang Murni, Alam Kehidupan
khusus untuk para Anagami, yaitu :
(3). Brahma Aviha Bhumi : Alam para Brahma yang
tidak bergerak.
(4). Brahma Atappa Bhumi : Alam para Brahma yang
suci.
(5). Brahma Sudassa Bhumi : Alam para Brahma yang
indah.
(6). Brahma Sudassi Bhumi : Alam para Brahma yang
berpandangan terang.
(7). Brahma Akanittha Bhumi : Alam para Brahma yang
luhur.
* Penjelasan*
Anagami yang tidak mempunyai Catutthajjhanakusala
(sutta) atau Palicamajjhana-kusala (Abhidhamma) tidak dapat terlahir di Alam
Suddhavasa 5. Beliau yang tidak mempunyai Pancamajjhana-kusala, setelah
meninggal, akan terlahir di Alam Rupa-Jhana (bukan Suddhavasa 5) dengan
kekuatan "Maggasiddhi-Jhana".
III. Arupa-Bhumi 4 terdiri dari :
1. Akasanancayatana Bhumi : Keadaan dari konsepsi
ruangan tanpa batas.
2. Vinnanancayatana Bhumi : Keadaan dari konsepsi
kesadaran tanpa batas.
3. Akincanayatana Bhumi ; Keadaan dari konsepsi
kekosongan.
4. Nevasannanasannayatana Bhumi : Keadaan dari
konsepsi bukan pencerapan pun bukan tidak pencerapan.