VIVAnews
By Ita Lismawati F. Malau, Harriska Farida Adiati - Jumat, 4 Desember
VIVAnews - Para menteri dalam kabinet Nepal bersiap menggelar rapat kabinet di gunung Everest untuk meningkatkan kesadaran akan dampak perubahan iklim, Jumat 4 Desember 2009. Mereka berharap, rapat kabinet di gunung tertinggi dunia tersebut juga akan menarik perhatian dunia seperti rapat kabinet di Maladewa yang dilakukan di dalam laut pada Oktober lalu.
Semua menteri kabinet yang berjumlah 21 orang termasuk perdana menteri berencana menggunakan helikopter menuju landasan terbang kecil di Syangboche Jumat pagi waktu setempat. Ekspedisi akan dimulai dari Syangboche. Mereka akan berjalan menuju Kalipatar, dataran tinggi dengan ketinggian 5.200 meter (17.000 kaki) di atas permukaan laut di dekat base camp Everest. Sebelumnya, peralatan medis, tabung oksigen, tentara, dan wartawan sudah diberangkatkan terlebih dulu ke landasan terbang kecil di Syangboche.
Seperti dikutip dari laman stasiun televisi BBC, di Kalpatar, mereka akan disambut oleh pendeta-pendeta suku lokal Sherpa sebelum memulai rapat kabinet. Rapat hanya akan berlangsung selama 30 menit, dan mereka akan kembali ke Syangboche.
Gunung Everest merupakan titik tertinggi di Bumi dengan puncak setinggi 29.035 kaki (8.850 meter) di atas permukaan laut.
Pertemuan itu sendiri dilakukan menjelang konferensi iklim di Kopenhagen, Denmark, pekan depan. Studi ilmuwan menunjukkan bahwa temperatur naik lebih cepat di Himalaya dibanding wilayah lain di Asia Selatan. Kenaikan suhu udara menyebabkan salju berkurang dan gletser mencair.
Ekspedisi ini dibiayai oleh sebuah perkumpulan organisasi swasta Nepal yang sebagain besar berasal dari sektor pariwisata. Penanggung jawab ekspedisi, Suman Pandey, mengatakan keamanan adalah faktor yang paling diperhatikan. "Tempat itu sangat tinggi dan orang bisa terkena penyakit ketinggian," katanya. "Kami sudah mendapat bantuan medis dari Himalayan Rescue Association," tambah Pandey.
No comments:
Post a Comment