VIVAnews
By Renne R.A Kawilarang, Harriska Farida Adiati - 2 jam 5 menit lalu
VIVAnews - Seorang pemimpin milisi separatis Chechnya mengaku bertanggung jawab atas serangan bom di dua stasiun bawah tanah kota Moskow, Rusia, pada awal pekan ini. Dua ledakan bom di dua tempat terpisah tersebut menewaskan 39 orang dan melukai sejumlah komuter saat jam berangkat kerja pada Senin pagi waktu setempat.
Pengakuan tersebut dilontarkan oleh Doku Umarov, pemimpin kelompok milisi muslim di Chechnya dan wilayah lain di Kaukasus Utara, Rusia. Dia melontarkan pengakuan itu melalui sebuah rekaman video internet yang ditampilkan dalam situs pro-pemberontakan, Rabu 31 Maret 2010.
Umarov mengatakan, dua serangan Senin lalu merupakan aksi balas dendam atas pembunuhan warga sipil oleh pasukan Rusia. Namun Umarov tidak menyebut apakah pihaknya juga bertanggung jawab atas serangan bom di Dagestan, yang terjadi dua hari setelah insiden di Moskow.
Pengakuan Umarov muncul setelah Perdana Menteri Vladimir Putin berjanji akan menyeret keluar dalang serangan teror di Moskow dan Dagestan. Serangan di Dagestan, kata Putin, bisa saja didalangi oleh orang yang sama dengan pelaku ledakan bom Moskow.
Umarov juga menyalahkan warga Rusia karena menutup mata terhadap pembunuhan warga sipil di Kaukasus oleh pasukan Rusia. Umarov juga memperingatkan akan terjadi serangan berikutnya.
"Perang akan terjadi di jalanan kota kalian, dan kalian akan merasakannya dalam hidup kalian, merasakannya dengan kulit kalian sendiri," kata Umarov dalam video di situs kavkazcenter.com, situs yang digunakan pemberontak untuk mengumumkan pernyataan-pernyataan mereka.
Sebelumnya, Umarov memperingatkan bahwa bila warga Rusia mengira bahwa perang hanya terjadi di layar televisi, di suatu tempat jauh di Kaukasus di mana perang itu tidak bisa menjangkau warga Rusia. Maka "kami akan menunjukkan pada mereka bahwa perang ini akan kembali ke rumah mereka," kata Umarov.
Sementara itu, aparat penegak hukum Rusia menolak mengomentari pernyataan Umarov. Namun sebelumnya, kepolisian Rusia telah mengatakan bahwa serangan di stasiun bawah tanah Moskow dilakukan oleh militan dari Kaukasus.
Umarov, pria berusia 45 tahun ini, melawan pasukan Rusia dalam dua perang separatis di Chechnya dalam 15 tahun terakhir. Dia mengambil alih kepemimpinan gerakan pemberontak pada 2006 menyusul pembunuhan Abdul-Khalim Sadulayev oleh pasukan Rusia.
Kedudukan Umarov makin kuat pada tahun itu juga setelah Shamil Basayev, pemberontak yang paling ditakuti, terbunuh oleh pasukan Rusia. (Associated Press)
No comments:
Post a Comment