Saturday, July 3, 2010

Mellow Karena Melo

Wajah kerumunan segera terbagi dua: ekspresi gembira yang kontras dengan paras-paras sedih. Mereka yang bermuka cerah jelas menjagokan Belanda. Di halaman Electronic City, SCBD, Jakarta, itu, pendukung Brasil bersiap pulang dengan wajah tak percaya.

Jumat (3/7) malam, Belanda membuat kemenangan bersejarah dengan memastikan tiket pulang bagi tim asuhan Carlos Dunga. Kebobolan duluan dan gagal membalas di babak pertama, babak kedua menjadi milik Belanda. Satu gol bunuh diri dan satu gol dari kepala Wesley Sneijder, menyambut sundulan Dirk Kuyt.

Sepanjang 38 pertandingan, Brasil membuat catatan: tak pernah kalah setelah membobol gawang musuhnya duluan. Tapi di perempat final Piala Dunia 2010 ini, rekor itu bubar.

Adalah Felipe Melo, yang tugasnya bertahan dari lapangan tengah, yang berperan dalam meramu gol pertama Brasil malam itu. Ia mengirim bola menerobos pertahanan Belanda. Kiriman diterima Robinho, yang sukses melesakkan gol.

Di babak kedua, menit 53, skor berubah seri 1-1. Umpan silang Sneijder menukik ke depan gawang. Kiper Julio Cesar memutuskan hendak menepisnya. Tapi Melo ternyata sudah di udara juga, menghalangi gerak Cesar. Mungkin si Jabulani memilih menyenggol kepala Melo. Sudut yang tercipta cukup pas untuk membuat pasukan Oranje girang merayakan gol.

Aih, Brasil dan gol bunuh diri pertama di Piala Dunia.

Lalu di menit 68, di gol kedua Belanda, Melo pula yang berdiri paling dekat dengan Sneijder. Entah ada apa dengan Melo malam itu. Saat mengawal Robben, kakinya menyenggol dan menyebabkan si botak Oranje itu jatuh. Tapi kaki Melo tak berhenti (mungkin ia kesal pada Robben, seperti banyak fans Brasil yang menonton laga itu). Alas sepatu bolanya masih memberi bonus tambahan, menginjak Robben, yang tampak makin kesakitan. Melo diberi kartu merah, dan Brasil pun harus bermain dengan sepuluh orang. Simak videonya:

Tapi kita memang tak bisa menyalahkan Melo. Tak tepat pula bila kita kagumi provokasi Robben belaka, walau memang pada beberapa kesempatan ia lebih mirip aktor yang terguling meski tidak tersentuh atau hanya terbentur tipis. Sehingga, Robinho mengumpat sambil menunjuk muka Robben. Wasit melerai. Dan Robben tetap mengaduh dengan wajah makin menderita.

Di tepi lapangan ada Carlos Dunga. Frustrasinya berulang kali tertangkap kamera. Ia berteriak, mengumpat, memukul tiang atap bangku-bangku cadangan. Dialah sang ahli strategi yang membuat Brasil melempem. Harapan melihat kecantikan permainan Brasil, di Piala Dunia kali ini, lenyap oleh Dunga, yang memang mengaku mementingkan kemenangan.

Malam itu, kecantikan Brasil pudar. Dan menang yang dipentingkan Dunga tak bisa diraih. Di hadapan pers, Dunga menimpakan semua kesalahan itu pada dirinya sendiri. "Untuk masa depan saya, saya sudah bilang masa kepelatihan saya hanya berlangsung empat tahun," kata Dunga, yang melatih sejak 2006. Apakah ia undur diri?

Yang pasti, Brasil akan menjadi tuan rumah 2014. Dunia pun menunggu mereka menjamu para tamu dengan permainan cantiknya.

No comments:

Post a Comment