Monday, October 4, 2010

Surga dan Neraka

Oleh Ajahn Brahm

 

Ada sebuah cerita tentang seorang pendekar samurai yang ingin mengetahui apa pandangan Buddhisme tentang surga dan neraka, apakah surga dan neraka itu benar-benar ada atau tidak. Dia sudah berkelana ke mana-mana mencari jawabannya, tetapi tidak ada seorang pun yang bisa memberikan jawaban yang memuaskan dirinya.

 

Tetapi pada suatu hari, dia bertemu dengan seorang rahib tua. Pendekar ini berkata, "Rahib, saya sudah bertanya kepada begitu banyak orang tentang hal ini, tetapi saya belum menemukan jawaban yang memuaskan saya. Saya ingin bertanya kepada anda, apakah surga dan neraka itu benar-benar ada ?" "Jika anda benar-benar mengetahuinya, tolong jawablah. Tetapi jika anda tidak tahu, jangan buang-buang waktu saya, bilang saja anda tidak tahu !" ujar pendekar itu lagi. Lalu rahib tua ini memandang wajah si pendekar dan berkata, "Kamu itu terlalu bodoh untuk bisa memahaminya !" Si pendekar pun menjawab, "Saya tidak bodoh, karena saya adalah seorang pendekar samurai ! Saya tidak hanya berlatih ilmu bela diri saja, tetapi saya juga berlatih meditasi dan mengembangkan kepribadian yang luhur. Jadi sekali lagi saya tidak bodoh, karena saya adalah seorang pendekar samurai !"

 

Sang rahib kemudian memandangi si pendekar itu lagi dan sambil tersenyum mengejek dia berkata, "Hihihi, kamu, samurai ? Jangan mengada-ada, kamu itu cuma seorang yang bodoh, seorang pemuda kampung. Tidak lebih !" Si pendekar pun tidak bisa menahan amarahnya lagi dan berteriak, "Sudah dua kali kamu melecehkan saya !" Dan sambil menghunus pedang samurainya, dia berkata, "Hei rahib tua, saya peringatkan jika sekali lagi kamu menghina saya, saya akan memenggal kepalamu dengan sekali tebas, tidak perduli siapa pun kamu!" "Coba saja kalau bisa, dasar bodoh tengik tidak tahu diri ! Kamu bahkan takkan bisa memotong roti dengan pedangmu itu !" ejek si rahib tua ini lagi.

 

Dan itu sudah lebih dari cukup. Si pendekar samurai sudah dihina sebanyak tiga kali. Dan kemudian dengan berapi-api dia mengangkat pedangnya dan mengayunkannya ke arah sang rahib. Dan tepat ketika ujung pedangnya hampir menyentuh lehernya, seketika itu juga sang rahib melihat tepat ke mata si pendekar dan berkata, "Pendekar, itulah yang disebut neraka." Si pendekar pun terpana untuk beberapa saat, sebelum akhirnya dia tersadar. Dia akhirnya memahami maksud dari kata-kata sang rahib, bahwa kemarahanlah yg bisa menggambarkan seperti apa sebenarnya neraka itu. Jawaban yg selama ini dia cari-cari telah dia temukan. Dia begitu bahagia dan kagum kepada rahib tua tersebut. Sambil meneteskan air mata, dia pun meletakkan pedangnya dan berlutut di hadapan rahib itu sebagai ungkapan hormat dan rasa terima kasihnya. Melihat hal ini, sang rahib kemudian berkata, "Dan sekarang pendekar, inilah yang dinamakan surga...."

 

 

Sumber : Buddhist Society Of Western Australia (http://www.bswa.org/)

Source : Artikel Buddhis @ Facebook

No comments:

Post a Comment